Kamis, 23 Februari 2012

Berjalanlah, Tinggalkan

Ketika kejujuran yang ku harapkan telah terucap
Entah,
Seperti ada yg menikam tiba2
Sedetik, satu menit, dan rasanya akan terus terasa..

Lantas, apa yg ku sesalkan ?
Ini kan yg ku inginkan ?

Aku telah berbesar hati,
dari sebelum kau berkata
Ketika kita diam.

Tapi bagaimana jika aku yg harus pergi ?
Ku mohon, kau terima saja.
Aku ingin melangkah lebih mantab

Kau tau,
masih panjang rintang dan terjalku nanti
Masih banyak yg harus ku temui

Kau berjalanlah dulu,
atau aku saja yg meninggalkanmu

Jadi ku mohon,
lepaskan..
Kau dg nya saja..

Aku ?
Aku telah ada yg menanti di sana..

-Dewi Wungkus Antasari-

Rabu, 22 Februari 2012

Masih di Persimpangan

Ya, memang sepertinya aku tengah berjalan..
Awalnya lurus, mulus..
Namun di ujung sana kulihat,
Seperti persimpangan..
Gelap.
Hanya pantulan sinar bulan yg hampir tenggelam.

Lantas, ku terus berjalan hingga akhirnya ku berpijak tepat pada pusatnya
Aku ragu mengambil langkah
Ingin ku kembali,
hanya merasa aku tak mampu memilih jalan mana yg harus ku tempuh
Ingin rasanya aku kembali,
tapi terlampau jauh.
Bah, ku coba sajalah.

Aku berputar, berbalik badan
Tapi ternyata apa.
Gelap. Lebih gelap dari persimpangan ini.
Tak apa, aku tetap mencoba meraba- raba jalan..

Aku tersandung, banyak kerikil di sana.
Kakiku terus ku langkahkan.
Satu, dua, sepuluh, seratus.
Ouchh, aku terjatuh !

Gelap. Semakin gelap.
Dingin, Tuhan.

Rasanya ada yg menghalangi jalanku utk kembali.
Ada tangan2 yg menarik langkah ini.
Berat.

Oke, Tuhan, kuputuskan aku berbalik arah. Lagi.
Seperti di awal.
Jalan menuju persimpangan tak terasa seberat jalan kembali.

Aku berjalan. Hujan.
Oh Tuhan.

Aku sampai (lagi) di persimpangan ini.
Aku masih terpijak.
Tak tau harus menentukan arah.
Aku tertunduk.

-Dewi Wungkus Antasari-